Ketika sudah lama…

Sudah begitu lama rasanya aku tak menulis diblog ini. Setelah banyaknya fase yang kulalui, dari lajang hingga sekarang telah menikah, kemudian diikuti dengan keluarnya dari pekerjaan. Hhhhh….Rasa-rasanya hampir saja blog ini terlupakan olehku.

Memang ada hal lainnya yang tersangkut dan menjadi takdir selain kedua hal itu. Tapi diantara sekian banyak hal yang dilewati untuk diceritakan di blog ini, kedua hal tersebutlah yang rasanya ingin kubagi di blog yang sempat “mati suri” ini. Karena menurutku, kedua hal tersebut suatu lompatan besar dalam hidup yang sedang kujalani ini.

Menikah

“Saya terima nikahnya Nurmedina Nasution binti Haji Djalaluddin Nasution, dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar..TUNAI!”


Pagi itu  sekisar pukul 08.00 wib di tanggal 23 maret 2009, resmi kunikahi istriku. Sebelumnya, segala perasaan aneh yang tak pernah kubayangkan, berkumpul didalam hati. Gugup, senang, risau, ngantuk dan sesak kencing  saling bahu membahumembuat kalut dalam  menyambut hari bersejarah itu.

Dengan mengenakan pakaian kuning emas, aku hantarkan Basmallah menyusuri langkah pertamaku keluar dari singgasanaku selama ini. Menenangkan diri  kurasa hal yang sia-sia saat itu, karena perasaan gugup telah lebih dulu mengambil tempat di shaf yang pertama, apalagi aku teringat bahwa belum menghapal lafadz akad nikahnya. Waduhh..!! Tapi mungkin settingan skenarionya emang begitu kali ya, kalo gak gugup maka tak afdol…

“Dan langit pun bergetar saat akad nikah itu diucapkan…aku bersatu dengan bagian tulang rusukku”

Entah bagaimana melukiskan keadaan dan perasaan saat itu. Dulu aq rasa, sidang skripsi jauh lebih membuat nervous, eh ternyata menikah jauh lebih menegangkan daripada itu. Dan alhamdulillah, sekarang aq resmi menjadi bantal gulingnya…hehehe..dan apa yang terjadi kemudian adalah kami……………………………………………………(sensored).

Yang diatas itu adalah untuk konsumsi pribadi, hehehe…tapi yang pasti ini adalah awal bagi kami berdua dalam meniti talian pernikahan ini. Yang kami juga belum tau bagaimana nanti. Kami hanya tau saat ini kami telah menjadi suami istri, yang terkumpul dan saling memberikan kewajiban dan memungut hak satu sama lain. Insya Alloh kami dapat berkumpul dalam keberkahan yang diberikan oleh  Alloh azza wa jalla. Sang penguasa kehidupan, sang penguasa waktu dan keadaan. Aminnn…

Undangan

Resign

Tak kuduga sebelumnya bahwa aku bisa mengucapkan “AKU BERHENTI BOS..!”, setelah sekian lama keinginan itu mengendap dalam fikiranku.

Sudah 3 tahun aku ikut membantu mantan biro advertisingku itu, dari aku sendiri yang menjadi designer disana hingga sekarang semakin dikenal dan memiliki banyak karyawan. Rasa-rasanya begitu sayang untuk meninggalkan itu semua, disamping perasaan takut bagaimana kedepan, karena aku baru saja menikah. Dan juga  karena aku sudah tercelup dalam zona nyaman.

Hingga disuatu pagi aku tersadar, begitu banyak keinginan dan kreatifitas yang dikeluarkan namun tertahan oleh ritme rutinitas yang menjemukan. Namun ternyata belum juga, aku belum juga berani untuk mengambil resiko.

“Cari dulu pekerjaan layak kalau mau keluar..!”

Selalu begitu akhir untaian nasihat beberapa orang disekitarku. heyy…im tired being a robot. Tapi kemudian mereka selalu bilang, “bermain amanlah kawan!”

Begitulah, setelah hampir setengah tahun perasaan rebel itu terfermentasikan difikiran, diwaktu yang tak aq duga alias disaat perasaan itu menjadi lemah karena telah berada dipenghujung bulan (gajian), ternyata lontaran perkataan dari sang bos telah menjadi trigger besar untuk mengambil sebuah keputusan.

Diawali dari komplain atas lambatnya suatu design selesai dikerjakan, yang kemudian membuatku megeluarkan bantahan-bantahan yang belum pernah kukeluarkan dengan intonasi yang sedemikian tingginya, “kapan? design yang mana!? Bilang kak!” tapi dia tak bisa mengatakan satu pun buktinya. Karena stop watch dalam otakku lebih tau, sekarang aku lebih waras dalam mengerjakan satu design daripada dulu. Kalau dulu, satu design kukerjakan dalam dua hari. Sementara belakangan, satu hari bisa membuat empat design atau satu dummy katalog. Tapi dipenghujung sesi ini, aku mulai memilih realistis, ini adalah tamparan melalui kata untuk kemajuan. Aku harus menggabungkan kualitas dalam kuantitas. Sehingga aku sedikit lebih mengalah…

Tapi kemudian…, “fer potongan gaji untuk kasbon kali ini dipotong lebih banyak ya, lagi kosong keuangan..”. “what the..???!! (padahal kantor baru saja memperkerjakan 1 designer baru?, kenapa imbasnya dimari??) Tapi kupilih cara persuasif, pasang suara rendah dan curhat mode turn ON. “Kak, aku banyak keperluan bulan ini..bla..bla..bla…”. Di penghujung rayuan tak lupa kulontarkan ucapan sok rela, “Tapi kalo mau dipotong juga, ya bagaimana lagi…”

Setelah kuliat slip gajinya, terlihatlah…bahwa memang benar, tetap DIPOTONG!!! hhhhh….akhirnya terucaplah sudah….,

“Kak, aku mengundurkan dirilah…”

Setelah mengambil rencana bahwa awal tahun depan akan resign, ternyata rencana ini lebih cepat tujuh bulan. Bulan Juni resmi aku meninggalkan kantor itu dengan atmosfir yang ingin menjatuhkan air mata saat itu juga. Diselingi panggilan putranya yang berumur hampir 2 tahun, yang mana ketika dia masih dalam kandungan aku sudah disana, “om feyii…” Dan itu adalah pertama kalinya dia bisa memanggil namaku…..

Tapi…., itu bukan akhir dari segalanya. Mimpi-mimpi dan keputusanku hanya lebih cepat dari yang direncanakan. Ini adalah takdir. Mengingat lagi pandangan istriku saat aku bilang, “mi abi udah resign..!”, seperti seribu hujaman pertanyaan yang mengisyaratkan kesedihan. Namun sejurus kemudian dia berkata, “kalau itu buat abi bahagia, umi bahagia”. Dan itu adalah ucapan yang menjadikanku dalam posisi siap bertempur dalam kehidupan ini.

“Faa Innama ‘Al U’srii U’sroo, Innama ‘Al U’sri U’sroo…” (Dibalik kesusahan ada kemudahan, Sesungguhnya dibalik kesusahan ada kemudahan)

Waktu bekerja yang sudah berbeda, jam tidur yang selalu tertunda, menjadi ritme yang mengiringi langkah awal dalam usahaku saat ini. Ya, setelah resign dari kantor aku memang memutuskan sudah cukup waktu untuk menjadi karyawan. Aku ingin mandiri dan punya usaha sendiri.

Dimulai dari home office, kamar kami aku sulap menjadi sentral pekerjaanku. Dengan menggunakan peralatan seadanya, mulailah nama Lasak Communication aku kibarkan dengan sedikit serius. Memang semenjak 2 tahun ini nama Lasak communication sudah kerap kuimbuhkan disetiap design yang kubuat diluar kantor, ya semacam side project lah. Undangan, leaflet, catalog, buku dan semacamnya. Alhamdulillah, belakangan kuketahui sudah ada yang mulai kenal nama ini sebelum-sebelumnya.

Ada satu hal lucu namun sangat mengejutkan bagiku yang berhubungan dengan usahaku saat ini. Diawali dari email seorang pengusaha malaysia menyampaikan maksudnya kepadaku tentang niatnya membuka usaha undangan di Malaysia. Dia maunya design dan cetak di Indonesia, lalu dikirim kesana. Dia juga meminta alamat Lasak Communication. Awalnya aku hanya mengaggap itu hanya sepintas lalu saja, tapi tetap kubalas karena tidaklah sopan jika tidak merespon apa-apa.

Diluar dugaan, ternyata dia memang serius dan benar datang. Dia datang ke Medan dan langsung menuju ke rumah ditemani seorang penunjuk jalan yang menelpon dan menayakan alamat jelasku sebelumnya. What a suprise….ini sungguh diluar dugaan.

Setelah bicara tentang bagaimana yang dia maksudkan sebenarnya, akhirnya kami mempunyai titik terang tentang kerja sama yang akan dijalin. Kesepakatan pun terjadi. Dan dia lalu pergi dan meminta beberapa contoh untuk dibawa, dan kemudian diakhiri dengan jabat tangan yang terasa seperti ada kertas terselip diantara tangan kami itu, hehehe….

Kira-kira seperti itulah gambaran keadaanku saat ini, setelah menikah, resign lalu mendapat kejutan tak terduga setelahnya. Grafik yang selalu naik turun, roda yang selalu berputar. Inilah takdir, waktu yang sedang menjadi fase dalam hidupku saat ini.

Setelah ini tentunya, ada perasaan ingin tetap berbagi melalui blog sederhana ini. Puisi, design, tutorial seperti yang lalu, meski tak terlalu banyak. Berbagi hal yang sedikit yang mudah-mudahan bisabermanfaat bagi yang lain…Insya Alloh.

One thought on “Ketika sudah lama…

Leave a comment